Jumat, 05 Maret 2010

Tumbuh dan Berkembang Di Atas Batu

Pernahkah Anda melihat dan mengamati akar pohon beringin (ficus). Lihatlah bagaimana bentuk dan p enjalaran akar beringin. Akar beringin selalu menyesuaikan dengan bentuk dan ukuran batang dan bentuk cabangnya. Bila cabang menjulur condong ke selatan, maka akar beingin akar ikut tumbuh ke selatan. Selain itu, bentuk dan arah akar beringin berfungsi untuk menopang berat pohon bagian atas. Cengkaraman akar yang menonjol di permukaan tanah ini bukti kuat bahwa pohon beringin akan kokoh menghadapi tantangan lingkungan yang akan bisa menumbangkannya.

Hampir semua orang mengatakan, beringin mampu tumbuh di atas batu. Batu yang keras atau bukit berbatu malah menjadi tempat yang nyaman bagi beringin untuk tumbuh. Sungguh menakjubkan karena batu sama sekali bukan tempat yang cocok bagi hampir semua makhluk hidup untuk tumbuh dan berkembang biak.

Rahasia mengapa pohon beringin dapat tumbuh di atas batu adalah kemampuan akarnya mencengkram, menelusup, melunakkan dan menjadikan batu menjadi tanah. Batu yang dianggap sebagai penghambat tumbuhnya pohon, bagi beringin merupakan tantangan untuk bisa bertahan dan berkembang. Maka lihatlah betapa menakjubkan bentuk akar beringin yang menjalar dan menembus batu. Akar beringin mencari air dengan menembus celah-celah batu hingga bisa menembus bagian luar batu.

Bukit batu yang tadinya tampak gersang dan kering kerontang mulai menghijau. Lambat laun air mulai menetes dari celah-celah batu dan lumut pun mulai tumbuh. Beringin dengan akarnya yang khas telah menjadikan kawasan gunung berbatu sebagai kawasan sumber air. Luar biasa.

Sahabat, beringin mengajarkan pada manusia untuk tidak menyerah pada lingkungan yang keras, terbatas bahkan menyakitkan. Sekecil apapun peluang, modal dan penyokong hidup yang kita miliki harusnya menjadi pemicu untuk tetap tumbuh. Celah-celah kecil peluang yang ada harus kita manfaatkan sehingga mampu menembus kokohnya halangan atau rintangan hidup.

Namun, bila kesuksesan mulai berkembang dan menjulang, jangan melupakan pijakan dan cengkraman diri agar tidak tumbang oleh tantangan luar. Sebab makin membesar dan menjulang prestasi serta karir kita, terpaan ujian akan maikin keras. Maka sesuaikan berkembangnya kesuksesan kita dengan pondasi dan cengkraman iman yang juga kuat.

Maka keindahan bentuk pondasi hidup yang menjalar dan mencengkram kuat di “batu” d kita akan meneteskan manfaat berupa kejernihan “air” dan kesegaran “udara” manfaat bagi banyak orang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MUSIM MUHASABAH

Hujan telah tiba. Telah lama tiba dan berkali-kali. Menuruti sekaligus memberi 'pelajaran' kepada siapapun yang tak sabar menungguinya. Menggerutui kenapa tak hadir-hadir. Meradang karena tak datang-datang. Padahal hukum alam punyai mekanisme self-protector-nya sendiri. Yang tak mempan diramal. Yang tak diralat walau digugat. Seperti kita dihukumi pada kondisi ini, alam juga tunduk, patuh, taat seperti kita (semestinya) taat.

Hujan bersama air mata jatuh berbutir-butir. Musim muhasabah memang telah tiba. Dia bisa berwujud syura' yang terhenti akibat salah satu ahli/fungsionaris-nya tidak menepati amalan yaumi yang telah disepakati atau berbuat maksiat yang karenanya Allah tidak menurunkan berkah-Nya pada amal-amal yang berbusa sia. Telah lama kita larut dan terhanyut dalam ritual syura'-syura' tak produktif seperti ini. Syura' yang tak lain hanyalah ajang berkumpul lain acara sembari meledek yang tak punya mekanisme syura' dalam prosesi ilmiahnya.

Apa yang layak kita banggakan? Gelar; ikhwan, akhawat dan akhi, ukhti kah? Darimana gelar itu? Apa syarat diperoleh gelar itu? Apa kapasitas minimal diperoleh gelar itu? Musti belajar apa dulu supaya dapat gelar itu? Apa kompetensi wajib untuk mendapat gelar itu? Siapa yang berhak memberi gelar itu? Sepertinya kita terlena pada status dan simbol yang bukan pada itu dakwah bertumpu.

Jika hanya bangga pada status dan simbol, terlalu murahan gelar ikhwan-akhawat dititahkan kepada aku, kamu dan kita.
Memetik bungan yang belum mekar atau mengunduh buah yang belum masak sama dengan melawan arus pembentukan kondisi untuk tumbuh kembang kader selanjutnya. Tetapi, tidak menanam pohon sama sekali atau bahkan menebang pohon yang telah kokoh juga tidak dibenarkan. Tergesa dan berlambat-lambat memang menjadi tren para pengegum status.

Musim muhasabah memang telah tiba. Ia bisa wujud dalam tafakkur yang dalam di penghujung malam. Meninggalkan sejauh mungkin manusia biasa yang tidur sepenuh kelopak. Ia juga bisa wujud dalam tawadhu menahan lapar. Melesat jauh dari penggemar kuliner yang memenuhi perutnya. Ia juga bisa wujud dalam 'diamnya dzikir, bicaranya doa'. Tak seperti pelawak yang tertawa sepenuh kerongkongan.
Musim muhasabah memang telah tiba. Waktunya kita diam berinspirasi dalam bingkai dakwah yang tenang tapi pasti, melaju tanpa henti. Salah satu yang patut kita syukuri adalah; dakwah sudah terlambat untuk dihentikan.

Pengikut